BukaSuara – Raphael Varane membuat pengakuan mengejutkan soal kondisinya yang tetap memaksakan diri bermain walau mengalami gegar otak.
Bukan cuma sekali, kejadian tersebut dia alami beberapa kali sepanjang kariernya.
Belakangan, pria Prancis berusia 30 tahun itu baru menyadari bahwa masalah ini berdampak besar terhadap kesehatannya.
Dari tiga penampilan terburuk dalam karier Varane, dua di antaranya dia jalani sembari mengalami gejala gegar otak di lapangan.
“Saat melawan Jerman di perempat final Piala Dunia 2014 dan kemudian ketika saya bersama Real Madrid, di babak 16 besar Liga Champions melawan Man City (2020),” ucapnya dalam kolom di L’Equipe.
“Saya menyudahi pertandingan secara autopilot. Saya tidak ingat apa pun.”
“Saya mengalami ketegangan di mata.”
Dalam partai Prancis melawan Jerman yang dia sebutkan, gol tunggal Mats Hummels yang memenangkan Die Mannschaft terjadi akibat andil kesalahan Varane.
“Di pesawat sebelum pertandingan, saya merasa kondisi saya tidak baik,” lanjutnya.
“Saya sangat kelelahan. Staf medis bertanya apakah saya fit untuk bermain, tapi saya memilih tetap turun ke lapangan.”
“Anda tak bisa menyalahkan dokter. Ini situasi yang sedikit rumit.”
“Saya tak ingin membicarakannya karena ini mungkin terlihat seperti sebuah alasan,” tutur mantan bintang Real Madrid.
Varane kemudian mengulas laga Madrid versus City pada Liga Champions era COVID-19, empat tahun silam.
Kala itu Los Blancos takluk 1-2 dengan Varane tampil dalam kondisi yang tidak optimal.
“Selama pertandingan, saya mengalami gejala gegar otak. Saya merasakannya sejak pemanasan,” lanjut Varane.
“Saya bilang kepada diri sendiri: ‘bangun’. Saya hampir menampar diri sendiri.”
“Kesalahan yang tak biasa itu tidak jatuh dari langit. Saya merasa kehabisan energi.”
“Saya tak bisa berkonsentrasi. Saya seperti seorang penonton.”
“Sebulan sebelumnya dalam pertandingan melawan Getafe, saya menerima bola dari sepak pojok dan harus meninggalkan lapangan.”
“Saya mengikuti protokol masa pemulihan lima hari tanpa kesulitan.”
“Kemudian saya merasakan kelelahan yang sangat hebat, tapi saya pikir itu hanya berhubungan dengan kondisi penurunan fisik biasanya di akhir musim,” ujarnya.
Setelah menjalani pemeriksaan intensif di Man United, kolektor 4 trofi Liga Champions dan Piala Dunia 2018 itu akhirnya mengetahui penyebab rentetan kondisi buruk tersebut.
Masalah ini juga membuatnya harus absen dalam banyak pertandingan di United, terutama dengan problem micro-consussions (gegar otak ringan) yang diakibatkan oleh sundulan.
“Pertama kali saya mendengar tentang itu (gegar otak ringan) adalah musim ini ketika seorang spesialis membicarakannya kepada kami,” kata Varane lagi.
“Seringkali sebagai pemain, kami tidak paham dan bahkan tidak berpikir untuk melakukan tes.”
“Awal musim ini, saya menyundul bola berulang kali dalam pertandingan untuk Man United dan saya merasakan kelelahan tidak normal beberapa hari kemudian, juga mengalami kelelahan mata.”
“Saya melaporkannya kepada staf, yang merekomendasikan saya agar tidak bermain. Saya melakukan tes sehingga melewatkan laga berikutnya,” kata dia.
Lewat pengakuan ini, Varane ingin meningkatkan kewaspadaan bagi sesama pesepak bola mengenai bahayanya masalah fisik yang pada awalnya dianggap sepele.
“Jika kaki Anda sakit dan Anda terpincang-pincang, semua orang bisa melihatnya,” ucap pria berdarah Martinik.
“Tapi dengan cedera kepala, langsung terasa lemah untuk mengatakan bahwa Anda lemas, bahwa Anda memiliki migrain atau kelelahan di mata.”
“Jadi pertama-tama, kita yang mengatakan diri sendiri bahwa hal itu akan berlalu,” lanjutnya.
Kejadian yang berulang kali dialami Varane sebenarnya bertentangan dengan regulasi Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA).
Protokol yang ditetapkan FA menyatakan jika seorang pemain diduga mengalami gejala gegar otak, dia harus segera dikeluarkan dari lapangan, baik ketika latihan maupun di tengah pertandingan.
Gejala cedera ini tidak bisa dipandang enteng karena masalah yang berulang dapat menyebabkan cedera otak kronis apabila kondisinya semakin buruk.