Erik ten Hag Senang Rasmus Hojlund Suka Marah seperti Cristiano Ronaldo

BukaSuara – Rasmus Hojlund mulai konsisten mencetak gol di Liga Inggris.

Sang bomber timnas Denmark sempat mengalami paceklik gol selama 14 pertandingan beruntun sebelum akhirnya pecah telur di pertandingan ke-15 kontra Aston Villa (27/12/2023).

Namun, setelah itu, Hojlund kembali absen mencetak gol ketika Man United kalah 1-2 dari Nottingham Forest (31/12/2023).

Baru dalam dua laga berikutnya, Hojlund mulai ajeg mencetak gol.

Dia berhasil membobol gawang Tottenham Hotspur (2-2) dan Wolverhampton Wanderers (4-3).

Tak hanya mencetak gol, Hojlund juga mencatatkan assist dalam dua pertandingan itu.

Berkat torehan tersebut, Hojlund berhasil melewati rekor Cristiano Ronaldo di Man United.

Dia melewati Ronaldo yang memegang rekor itu sebelumnya pada 2007.

Kala itu, Ronaldo berusia 21 tahun.

Kini, eks penyerang Atalanta itu menatap laga Man United versus West Ham United pada pekan ke-23 Liga Inggris di Old Trafford, Minggu (4/2/2024) pukul 21.00 WIB.

Hojlund jelas punya ambisi untuk kembali mencetak gol untuk yang ketiga kalinya secara beruntun dalam laga tersebut.

Menjelang laga, Erik ten Hag memuji perkembangan pesat Hojlund.

Menurutnya, Hojlund punya tekad yang luar bisa untuk terus berkembang.

“Dia selalu ingin berkembang.”

Juru taktik asal Belanda itu juga menilai bahwa keberhasilan Hojlund mulai konsisten dalam mencetak gol juga tak terlepas dari keputusan para pemain lain yang tidak lagi bermain egoistis.

“Anda lihat sekarang tim lebih baik dan tim lebih stabil, sekarang kami melayani lini depan dengan lebih baik dan dia mulai mencetak gol,” ujarnya.

“Anda lihat ada sesuatu berkembang dengan Rashy (Marcus Rashford), dengan (Alejandro) Garnacho, dengan Bruno (Fernandes) di belakang, juga pemain lain dari lini kedua dan ketiga.”

“Jadi dia semakin berada dalam posisi untuk mencetak gol,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Ten Hag menyebut Hojlund kerap marah setiap kali gagal mencetak gol.

Karakter tersebut mirip dengan Cristiano Ronaldo.

Namun, eks pelatih Ajax Amsterdam itu sama sekali tak mempermasalahkan hal tersebut dan justru senang.

“Saya dapat memberitahu Anda, tidak mudah bagi seorang striker ketika Anda memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap diri Anda sendiri,” sambungnya.

“Selain itu, saya pikir dunia luar memiliki ekspektasi yang tinggi untuk memenuhinya, dan ketika itu tidak berhasil, tentu saja itulah karakter setiap striker.”

“Dia marah, dia marah ketika dia tidak mencetak gol, tapi itu juga alasan kami memilihnya,” tuturnya menambahkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *