BukaSuara – Martin turut memantau perkembangan dan penampilan Fermin Aldeguer pada musim lalu.
Pembalap Moto2 dari tim SpeedUp Racing itu berhasil mencuri perhatian dengan mampu mengemas lima kemenangan, di mana empat gelar diraih dalam empat seri beruntun di akhir musim lalu.
Yang lebih membuat Aldeguer terlihat istimewa adalah karena latar belakang motor yang dia gunakan.
Pembalap 18 tahun asal Spanyol itu mampu menembus dominasi berbekal motor Boscoscuro di tengah tim-tim kompetitor yang dikuasai pabrikan Kalex. Dia juga berhasil bercokol di peringkat tiga klasemen akhir Moto2 2023.
Di tengah desas-desus bahwa Ducati sudah mengamankan Fermin Aldeguer ke tim Prima Pramac Racing pada MotoGP 2025, Jorge Martin sempat melontarkan komentar yang menunjukkan impresinya terhadap sang calon debutan itu.
Martinator menunjukkan gelagat bahwa Aldeguer sudah sangat siap untuk menjalani debutnya di kelas para raja.
“Sekarang waktunya dia untuk menunjukkan (potensi itu) pada musim yang panjang dan memperjuangkan kejuaraan dunia (Moto2).”
“Tapi saya yakin, sekarang ini dia adalah yang paling kuat di Moto2. (Dia harus) bisa lebih relaks,” tandasnya.
Meski belum diumumkan secara resmi, Aldeguer kabarnya sudah menyepakati tawaran Ducati untuk bernaung di tim satelit rasa pabrikan itu.
Artinya, Aldeguer akan menduduki kursi antara milik Martin atau Franco Morbidelli.
Terkait siapakah yang akan digantikan Aldeguer, Martin pun belum memastikan apapun.
Tetapi dia dengan gamblang menunjukkan niat untuk meninggalkan Pramac demi mengejar kursi di pabrikan Ducati Lenovo dan bersanding sebagai rekan setim Francesco Bagnaia.
“Yah, saya rasa ini masih terlalu dini,” kata Martin.
“Kita harus menunggu. Menurut saya Ducati ingin memahami apa yang sebenarnya akan terjadi (di musim ini). Dan saya rasa mereka sudah memilih (mempertahankan Bagnaia),” jelasnya.
“Jelas dia memang sangat layak mendapatkannya (dipertahankan Ducati). Tapi mari kita lihat nanti.”
“Saya sendiri pun sudah menunjukkan bahwa saya mampu dan jika saya memulai musim dengan cara ini (seperti musim lalu), tidak akan ada kesempatan lain.”
Jika niatnya begitu, maka dirinya pun otomatis akan menggusur Enea Bastianini. Tapi itu pun kalau Ducati benar-benar menariknya ke tim utama.
Namun jika tidak, Martin memberikan kalimat bernada ultimatum, tegas bahwa dia pun bisa berpindah ke pabrikan lain.
“Prioritas saya adalah mendapatkan kursi pabrikan Ducati. Tetapi jika tidak, kita lihat saja,” pungkasnya.