BukaSuara – Memanfaatkan umpan lemparan Pratama Arhan, Sandy mencari posisi paling nyaman di tiang jauh.
Sempat berusaha mundur untuk mengecoh langkah bek Jepang, sentuhan apik Sandy menghantarkan laju bola ke dalam gawang Zion Suzuki.
Menariknya, gol ini jadi jawaban setelah kiper tim Samurai Biru tersebut sempat meremehkan lemparan akurat Arhan.
Laga tersebut berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan Jepang, Sandy akhirnya bisa mencetak gol debut untuk skuad Garuda.
Sandy Walsh sendiri awalnya bukan jadi pilihan utama dari pelatih Shin Tae-yong.
Bahkan, posisinya tersisih karena Shin lebih memilih Asnawi Mangkualam dan memainkan Sandy untuk menggantikan Rizky Ridho saat melawan Irak.
Kesempatan menjadi starting Xi akhirnya datang saat laga melawan Vietnam.
Skuad Garuda mengandalkan tiga trio bek yakni Justin Hubner, Jordi Amat, dan Sandy.
Hasilnya, pujian mengalir deras dan kiper Ernando Ari bisa bekerja dengan lebih aman karena tiga bek tangguh sudah ada di depannya.
Shin Tae-yong kemudian mengambil keputusan untuk memasang pemain KV Mechelen itu sebagai starting XI saat melawan Jepang.
Secara ranking FIFA tentu posisi kedua tim sudah cukup jauh dan kekalahan Indonesia sudah banyak diprediksi.
Namun, mereka memberikan perlawanan sengit dan tidak jadi bulan-bulanan tim lawan.
Bagi Sandy, tentu bukan hal yang mudah berbicara tentang timnas Indonesia.
Dia butuh waktu hingga enam tahun hingga semua proses naturalisasi beres.
Debutnya beberapa kali terganggu karena cedera dan tidak dilepas oleh klub.
Meski sudah pernah membela tim junior Belanda, dia tetap ngotot ingin bermain untuk skuad Garuda.
Caps perdananya bersama skuad Garuda baru tercipta pada bulan September tahun lalu saat melawan Turkmenistan di laga FIFA Matchday.
Bahkan, sejak saat itu posisinya terus berubah dari menjadi gelandang bertahan, bek kanan, hingga bek tengah oleh Shin Tae-yong.
Sandy Walsh sendiri memiliki alasan kuat untuk bisa bermain untuk Indonesia.
Salah satunya adalah pesan dari sang kakek sebelum mengambil keputusan ini.
Saat itu, dia ingin melihat cucunya tersebut suatu saat bisa bermain untuk timnas Indonesia.
Darah Indonesianya mengalir dari ibunya yakni Brigitta Portier yang memiliki darah Jawa.
Sementara Kakek Sandy lahir di Surabaya dan neneknya lahir di Purworejo.
“Saya diskusi banyak dengan kakek saya. Dia orang Indonesia. Dia Tinggal di Belgia dan bilang kalau kamu bisa bermain untuk timnas Belanda, salah satu tim terbaik.”
“Tapi juga harus diingat, kamu juga bisa bermain untuk timnas Indonesia. Negara yang sangat mencintai sepak bola, sangat indah,” kata Sandy Walsh dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.